Cerita Dewasa Tukang Ojek yang Perkasa
- Home
- Cerita Dewasa
- Cerita Dewasa Tukang Ojek yang Perkasa
Aku yang sudah lama menjanda ini sudah rindu akan belaian dari seorang laki-laki yang bisa memuaskan aku. Hingga akhirnya aku mendapatkan seorang suami tapi sayangnya suamiku yang sekarang kurang bisa memuaskan aku, selalu saja sebelum aku keluar, suamiku sudah keluar dan langsung lemes dan gak kuat lagi untuk melayaniku.
Itu yang membuatku sangat gelisah meski aku tak pernah mengungkapkannya, tapi aku selalu mencari pelampiasan dimana saja supaya aku tidak selalu kepikiran dengan hal itu terus. Bertemulah aku dengan mas Fadil, orangnya hitam kekar, tinggi besar, ditumbuhi brewok di lehernya dan bulu-bulu rambut yang menghiasi dadanya, sungguh sangat bergairah sekali saat aku melihat mas Fadil, ingin sekali aku rasakan disetubuhi mas Fadil yang kekar itu seperti pejantan tangguh yang pasti bisa memuaskan aku diranjang. Cerita Sex Terbaru
Meski perkerjaannya sebagai tukang ojek di sekitar kampungku, tapi banyak juga ibu-ibu kampong yang suka ngeomongin mas Fadil. Ternyata bukan aku saja yang ingin merasakan disetubuhi mas Fadil, tapi ibu-ibu tetanggaku banyak juga yang ingin disetubuhinya. Entah daya pikat apa yang ia pakai, tapi yang jelas terlihat sangat besar tonjolan kontol mas Fadil dari luar celananya.
Setiap hari setiap mas Fadil lewat dikampung selalu saja menjadi bahan pembaicaraan ibu-ibu, bahkan ada juga ibu-ibu yang genit juga menggodannya. Dari omongan ibu-ibu kampung ini aku mengetahui kalau mas Fadil ini hobi sekali ngentot, dia siap ngelayanin siapa saja yang memintanya tanpa meminta imbalan. Cerita Sex Tante
Ibu-ibu kampung bhakan juga sudah pernah merasakan mantapnya disetubuhi oleh mas Fadil, aku mendengar itu birahiku langsung naik, ingin sekali aku merasakan disetubuhi juga sama mas Fadil, sampai sejantan mana mas Fadil bisa memuaskan aku.
Koleksi Cerita Panas Terbaru 2019, Setiap hari aku memikirkan hal itu ditambah lagi setiap malam aku tidak pernah mendapatkan kepuasan dari suamiku sendiri. Pikiran itu yang selalu mengganguku. Sampai suatu saat, sore itu aku sedang memasak, aku melihat ada bumbu yang kurang untuk aku memasak, aku langsung menuju ke pasar tempat langgananku dengan terburu-buru takut nanti tutup. Cerita Sex Janda Binal
Seketika aku diserang obsesiku. Sementara Fadil nggenjot sepeda, agar tidak jatuh tanganku berpegangan pada sadel yang tentu saja menyentuh bokongnya. Ada setrum yang langsung menyerang jantungku. Deg, deg, deg. Aku dekatkan wajahku ke punggungnya hingga aku cium bau keringatnya.
“Narik dari jam berapa mas?”, aku buka omongan, “Yaah nggak tentu bu. Hari ini saya mulai keluar jam 10.00 pagi. Soalnya pagi-pagi tadi tetangga minta bantu pasang kran air. PAM-nya nggak mau keluar”. Wwaaoo.., tiba-tiba ada ide yang melintas!
“Apa yang nggak mau keluar ..?”, nada bicaraku agak aku bengkokkan. “Kenapa nggak mau keluar ..?”, untuk lebih memperjelas nada bicaraku yang pertama. Jawabannya nggak begitu aku dengar karena ramainya jalanan. Cerita Sex 2016
“Ooo.., kirain apaan yangg.. nggakk keluarr..”. Dan tanpa aku sadari sepenuhnya, tanganku menjadi agresif, menepuki paha Fadil. “Kirain barang Mas Fadil yang ini nggak mau keluar”, mulutkupun tak lagi bisa kukendalikan dengan sedikit aku iringi sedikit ha ha hi hi.
“Aahh, ibuu, ntarr dilihat orang lhoo”, sepertinya dia menegor aku. Kepalang basah, “Habiiss.., orang-orang pada ngomongin ini ssiihh..”, aku sambung omongan sambil tanganku lebih berani lagi, menepuki bagian bawah perutnya yang naik turun karena kaki-kakinya menggenjot sepeda. Dalam hatiku, kapan lagi kesempatan macam ini datang.
“Siapa yang ngomoong buu..??”, dia balik tanya tapi nggak lagi ada tegoran dari mulutnya. Dan tanganku yang sudah berada di bagian depan celananya ini nggak lagi aku tarik. Bahkan aku kemudian mengelusi dan juga memijat-mijat tonjolan celananya itu. Aku tahu persis nggak akan dilihat orang, karena posisi itu adalah biasa bagi setiap orang yang mbonceng sepeda agar tidak terlempar dari boncengannya.
“Ibu berani banget nih, n”tar dilihat orang terus nyampai-in ke bapak lho buu”. Aku tidak menanggapi kecuali tanganku yang makin getol meremas-remas dan memijat. Dan aku rasakan dalam celana itu semakin membesar.
Kontol Fadil ngaceng. Aku geragapan, gemetar, deg-degan campur aduk menjadi satu. “Mas Fadillllll..”, suaraku sesak lirihh. “Bbuu.., aku ngaceng buu..”. Ooohh, obsesiku kesampaian.., dan aku jawab dengan remasan yang lebih keras.
Terus terang, aku belum pernah melakukan macam ini. Menjadi perempuan dengan penuh nafsu birahi menyerang lelaki. Bahkan sebagai istri yang selama ini cinta dan dicintai oleh suaminya. Dan nggak perlu diragukan, bahwa suamiku juga mampu memberi kepuasan seks setiap aku bersebadan dengannya.
Tetapi juga nggak diragukan pula bahwa aku ini termasuk perempuan yang selalu kehausan. Tidak jarang aku melakukan masturbasi sesaat sesudah bersebadan dengan suamiku. Biasanya suamiku langsung tertidur begitu habis bergaul.
Pada saat seperti itu birahiku mengajak aku menerawang. Aku bayangkan banyak lelaki. Kadang-kadang terbayang segerombolan kuli pelabuhan dengan badan dan ototnya yang kekar-kekar. Telanjang dada dengan celana pendek menunjukkan kilap keringatnya pada bukit-bukit dadanya. Mereka ini seakan-akan sedang menunggu giliran untuk aku isepin dan kulum Kontol-Kontolnya. Wwoo, khayalan macam itu mempercepat nafsuku bangkit.
“Kang Fadil, aku pengin ditidurin akang lho”, aku bener-bener menjadi pengemis. Pengemis birahi.
“Jangan bu, ibu khan banyak dikenalin orang di sini”, jawabnya, yang justru membuat aku makin terbakar. “Kita cari tempat, nanti aku yang bayarin”, kejarku. “Dimana bu, aku nggak pernah tahu”. Iyyaa, tentu saja Fadil nggak pernah mikir untuk nyewa kamar hotel. Klas ekonominya tukang ojek sepeda khan kumuh banget.
Saat nyampai di warung tujuan aku turun dari sepedanya,
“Kang Fadil tungguin saya yah”, biar nanti aku kasih tahu kemana mencari tempat yang aman dan nyaman untuk acara bersama ini.
“Nih tempatnya yang kang Fadil tanyain tadi, barusan aku pinjem pensil pemilik warung dan aku tulis tuh alamat hotel yang pernah aku nginap bersama suami saat nemenin saudara yang datang dari Surabaya.
“Maapin bu, saya nggak bisa baca”, ahh.. aku baru ingat kalau dia buta huruf.., konyol banget nih.
“OK kang, gini aja, besok akang tunggu saja aku di halte bis depan sekolah SD Mawar, tahu? Jam 10 pagi, OK?”, dia ngangguk bengong. Walaupun nggak bisa baca rupanya dia tahu apa artinya “OK”.
“Tt.. tapi bu.., ntar ada yang ngliatin, ntar diaduin ke suami ibu, ntar..”, rupanya dia belum juga mengambil keputusan.
Keputusan nekad. Ampuunn.. Aku jadinya nggak sabar.
“Udahlah kang, ayyoo, sambil jalan..”,
sementara hari udah mulai gelap, lampu jalanan sudah menyala. Pada jam begini orang-orang sibuk, kebanyakan mereka yang baru pulang kerja. Kembali aku duduk di boncengan sepedanya. Dan kembali aku langsung merangkul pinggangnya hingga tanganku mencapai bagian depan celananya.
Rupanya Kontol Fadil udah ngaceng. Tangankupun langsung meremasi gundukkan di celananya itu. “Bbuu, enaakk..”, dia mendesah berbisik. “Makanya aayyoo kang.., aku juga pengin ini banget..”, jawabku sambbil memijat gundukkan itu. Cerita Sex HOT
Beberapa saat kami saling terdiam, saling menikmati apa yang sedang berlangsung. “Buu, bagaimana kalau ketempat lain aja yang gampang bu??”, wwoo.. aku berbingar. Rupanya sambil jalan ini Fadil mikirin tempat. “Dimana?”, tanyaku penuh nafsu, “Di rumah kontrakan temen saya, kebetulan lagi kosong, yang punya rumah lagi mudik, lagian kebonnya lebar, nggak akan ada yang ngliatin, apa lagi gelap begini”.
“Jadi kang Fadil maunya sekarang ini?”, aku agak terperangah, nggak begitu siap, n”tar suamiku nyariin lagi. “Habis kapan lagi bu? Sekarang atau besok-besok sama saja, lagian besok-besok mungkin di rumah itu udah ramai, pemiliknya udah pulang lagi”.
Kalau menyangkut nafsu birahi riupanya Fadil ini nggak begitu bodoh. Cukup lama sebelum akhirnya aku menjawab, “Ayyolahh..”, sepeda ojek langsung berbalik, beberapa kali berbelok-belok masuk gang-gang kumuh. Nampaknya orang-orang ramai sepanjang jalan nggak mau ngurusin urusan orang lain. Mereka nampak tidak acuh saat kami melewatinya.
Kemudian sepeda ini nyeberangin lapangan yang luas dibawah tiang tegangan tinggi sebelum masuk rumah kontrakkan yang diceritakan Fadil tadi. Di depan tanaman pagar yang rapat ada pintu halaman dari anyaman ambu, kami berhenti. Dari dalam ada orang yang bergegas keluar, “Min, ini mpok gua, baru dateng dari Cirebon, numpang istirahat sebentar sebelum nerusin ke Bekasi, rumah mertuanya.
Ntar aku nggak pulang mau ngantar ke Bekasi ya?!”, aahh.., lihai banget nih Fadil, ngibulnya bener-bener penuh fantasi.. Aku salaman sama “Min” tadi. Saat bersalaman, salah satu jarinya dia selipkan ke telapak tanganku kemudian mengutiknya.
Kurang ajar, batinku, rupanya dia tahu kalau si Fadil sekedar ngibul. Rupanya cara macam ini sudah saling mereka kenali. Rupanya kibulan tadi justru untuk aku. Untuk menyakinkan aku bahwa tempat ini aman untukku.
“Ayo bu, istrirahat dulu, mandi-mandi dulu, ntar aku ikut ke Bekasi, biar nggak nyasar-nyasar”, uuhh..tukang kibulku.. yang.. sebentar lagi akan aku jilati Kontolnya.. Dan memang aku sudah jadi perempuan yang nekad, pokoknya harus bisa merasakan ngentot sama Fadil. Dan sekarang ini kesempatanya. Masa bodo dengan segala kibulan Fadil, masa bodo dengan tangan usil si “Min” tadi.
Nggak tahunya aku dibawa ke loteng. Dengan tangga yang nyaris tegak aku mengikuti Fadil memasuki ruangan yang sempit berlantai papan dengan nampak bolong sana-sini. Dalam ruangan tanpa plafon hingga gentingnya yang rendah itu hampir menyentuh kepala, kulihat tikar tergelar.
Dan nampak bantal tipis kusam di ujung sana. Kuletakkan barang bawaanku. Tanpa menunggu ba bi Bu lagi Fadil langsung menerkam aku. Tangannya langsung memerasi bokongku kemudian susu-susuku. Akupun langsung mendesah.. Birahiku bergolak.. Darahku memacu..
Aku menjadi sangat kehausan.. Tanganku langsung membuka kancing celana Fadil kemudian memerosotkannya. Dalam dekapan dan setengah gelagapan yang disebabkan kuluman bibir Fadil, aku merabai selangkangannya. Kontol yang benar-benar gede dan panjang ini kini dalam genggaman tanganku.
Aku keras dan liatnya, denyut-denyutnya. Kontol yang hanya terbungkus celana dalam tipis hingga hangatnya aku rasakan dari setiap elusan tangan kananku. Kami saling melumat. “Bbuu, aku nafsu bangett bbuu..”, aku dengar bisikan desah Fadil di telingaku. Hhheehh..
Kemudian tangan Fadil menekan pundakku supaya aku rebah ke tikar yang tersedia. Terus kami bergumul, dia menaiki tubuhku tanpa melepaskan pagutannya. Dan tanganku merangkul erat tubuhnya. Kemudian dia balik hingga tubuhku ganti yang menindih tubuhnya. Aku terus melumatinya. Lidahnya yang menjulur kusedoti. Ludahku di-isep-isep-nya.
“Bbbuu, aayyoo ..aku udah nggak tahan nihh..”. Sama. Nafsu liarku juga sudah nggak terbendung. Aku prosotkan sendiri celana dalamku tanpa mencopot roknya. Sementara itu ciuman Fadil telah meruyak ke buah dadaku. Wwwuu.. Aku menggelinjang dengan amat sangat. Bulu-bulu bewok dan kumis yang tercukur rasanya seperti amplas yang menggosoki kulit halus dadaku.
Dalam waktu yang singkat berikutnya kami telah sama-sama telanjang bulat. Fadil menindih tubuhku. Dan aku telah siap menerima penetrasi Kontolnya ke memekku. Aku telah membuka lebar-lebar selangkanganku menyilahkan Kontol gede Fadil itu memulai serangan.
Saat ujung kemaluannya menyentuh bibir memekku, wwuuhh ..rasanya selangit. Aku langsung mengegoskan pantatku menjemput Kontol itu agar langsung menembusi kemaluanku. Sungguh aku menunggu tusukkan batang panas itu agar kegatalan memekku terobati.
Agak kasar tapi membuatku sangat nikmat, Fadil mendorong dengan keras Kontolnya menerobos lubang kemaluanku yang sempit sekaligus dalam keadaan mencengkeram karena birahiku yang memuncak. Cairan-cairan pelumas yang keluar dari kemaluanku tidak banyak membantu. Rasa pedih perih menyeruak saraf-saraf di dinding memekku. Tetapi itu hanya sesaat. Begitu Fadil mulai menaik turunkan pantatnya untuk mendorong dan menarik Kontolnya di luang kemaluanku, rasa pedih perih itu langsung berubah menjadi kenikmatan tak bertara.
Aku menjerit kecil tetapi desahan bibirku tak bisa kubendung. Aku meracau kenikmatan, “Enak banget Kontolmu kang Fadils.. aacchh.. nikmatnyaa.. Kontolmu Fadils.. oohh.. teruusszzhh.. teruuzzhh.., uuhh gede bangett yaahh.. kangg.. kangg enakk..”
Genjotan Fadil semakin kenceng. Bukit bokongnya kulihat naik turun demikian cepat seperti mesin pompa air di kampung. Dan saraf-saraf memekku yang semakin mengencang menimbulkan kenikmatan tak terhingga bagiku dan pasti juga bagi si Fadil.
Dia menceloteh, “Uuuhh buu, sempit banget nonokmuu ..buu.., sempit bangeett.. bbuu enaakk bangett..”. Dan lebih edan lagi, lantai papan loteng itupun nggak kalah berisiknya. Aku bayangkan pasti si “Min” dibawah sono kelimpungan nggak keruan. Mungkin saja dia langsung ngelocok Kontolnya sendiri.
Terus terang aku sangat tersanjung oleh celotehannya itu. Dan itu semangatku melonjak. Pantatku bergoyang keras mengimbangi tusukkan mautnya Kontol Fadil. Dan lantai papan ini .. berisiknyaa.. minta ampun! Percepatan frekwensi genjotan Kontol dan goyangan pantatku dengan cepat menggiring orgasmeku hingga ke ambang tumpah,
“Kang .. kang.. kang..kang.. aku mau keluarrcchh.. keluarrcchh.. aacchh..”, aku histeris. Ternyata demikian pula kang Fadil. Genjotan terakhir yang cepatnya tak terperikan rupanya mendorong berliter-liter air maninya tumpah membanjiri kemaluanku. Keringat kami tak lagi terbendung, ngocor.
Kemudian semuanya jadi lengang. Yang terdengar bunyi nafas ngos-ngosan dari kami. Dari jauh kudengar suara kodok, mungkin dari genangan air comberan di kebon. Aku tersedar. Dirumah pasti suamiku gelisah.
“Kang Fadil, aku mesti cepet pulang nih ..”, Dia hanya melenguh “..hheehh..”. Kulihat Kontolnya ternyata masih tegak kaku keluar dari rimbunan hitam jembutnya menjulang ke langit. Apa mungkin dia belum puas?? Aku khawatir kemalaman nih. “Ayyoo kang, pulang dulu.., kapan-kapan kita main lagi yaahh ..”.
Fadil bukannya bangun. Dia berbalik miring sambil tangannya memeluk tubuhku mulutnya dia tempelkan ke pipiki dan berbisik, “Buu, aku masih kepingin..”, “Nggak ah.., aku kan takut kemalaman, nanti suamiku nyariin lagi”. “Jangan khawatir bu.. Sebentar saja.. Aku pengin ibu mau ngisepin Kontolku. Kalau diisepin cepat koq keluarnya dan aku cepat puas.
Lihat aja nih, dianya nggak mau lemes-lemes. Dia nunggu bibir ibu nihh..”. Fadil menunjukkan Kontolnya yang gede panjang dalam keadaan ngaceng itu. “Ayyoo dong buu.., kasian khan .., bbuu..?!”. Dia mengakhiri omongannya sambil bangkit, menggeser tubuhnya, berdiri kemudian ngangkangin dadaku lantas jongkok.
Posisi Kontolnya tepat di wajahku. Bahkan tepat di depan bibirku. “Aayyoo buu, isepin duluu.., ayyoo buu, ciumin, jilat-jilat..”. Aku jadi nggak berkutik. Aku pikir, biarlah, OK-lah, supaya cepat beres dan cepat pulang.
Kuraih Kontol itu, kugenggam dan kubawa kemulutku. Aku jilatin kepalanya yang basah oleh spermanya sendiri tadi. Aku rasain lubang kencingnya dengan ujung lidahku. “Aammpuunn.. Enakkbangett..”, Fadil langsung teriak kegatalan. Cerita Sex
Sambil tanganku mempermainkan bijih pelernya, Kontol itu aku enyotin dan jilatin. Rupanya Fadil ingin aku cepat mengulumnya. Dan dia kembali mulai memompa. Kali ini bukan memekku tetapi mulutku yang dia pompa. Pelan-pelan tetapi teratur.
Dan aku.., uuhh.. merasakan Kontol gede dalam rongga mulutku.., rasa asin, amis, pesing dan asem berbaur yang keluar dari selangkangan, jembutnya, bijih pelernya.., nafsuku kembali hadir.
Dan pompa Fadil mencepat. Aku mesti menahan dengan tanganku agar Kontol itu tidak menyodok tenggorokanku yang akan membuatku tersedak. Tidak lama. Tiba-tiba Fadil menarik Kontolnya dan tangan kanannya langsung mengocoknya dengan cepat persis didepan muluku. Bacaan sex top: Cerita Dewasa IGO 2017 Teman Kantin Mahasiswi Bispak
“Ayoo bu, minum pejuhku.. Buu, ayo makan nih Kontolkuu.. Ayoo buu..minumm..buu.. Bbbuu..”, kocokkan itu makin cepat. Dan reflekku adalah membuka mulut dan menjulurkan lidahku. Aku memang pengin banget, memang menjadi obsesiku, aku pengin minum sperma si Fadil. Dan sekarang ..
Entah berapa banyak sperma Fadil yang tumpah kali ini. Kurasakan langsung ke mulutku ada sekitar banyak kali muncratan. Dan aku berusaha nggak ada setetespun yang tercecer. Uuuhh.., aku baru merasakan. Gurihnya sperma Fadil mengingatkan aku pada rasa telor ayam kampung yang putih dan kuningnya telah diaduk menjadi satu.
Ada gurih, ada asin, ada tawarnya.. dan lendir-lendir itu nikmatnyaa. Saat pulang kuselipkan dalam genggaman lembaran Rp. 50 ribu. Mungkin semacam ongkos bungkam. Dia dengan senang menerimanya. Tak ada lagi jari ngutik-utik telapak tanganku.
Fadil menurunkan aku di belokkan arah rumahku. Aku beri Fadil lembaran Rp. 100 ribu, tetapi dia menolak, “Jangan bu, kita khan sama-sama menikmati.., dan terserah ibu.., kalau ibu mau, kapan saja saya mau juga .. Tetapi saya nggak akan pernah mencari-cari ibu, pemali, n”tar jadi gangguan, nggak enak sama bapaknya khan?!”. Wah.., dia bisa menjaga dirinya dan sekaligus menjaga orang lain. Aku senang.
Sesampai di rumah ternyata suamiku tidak gelisah menunggu istrinya. Kebetulan ada tamunya, tetangga sebelah teman main catur. Aku cepat tanggap, “Udah dibikinin kopi belum pak?!” ..yang terdengar kemudian .. Skak!,,,,
Related Posts
Cerita Sex Ngentot Ibu Kost Teman ku
Comments Off on Cerita Sex Ngentot Ibu Kost Teman ku
Cerita Ngentot Dapat Pelayanan Plus-Plush Dari Room Hotel
Comments Off on Cerita Ngentot Dapat Pelayanan Plus-Plush Dari Room Hotel
Cerita Mesum Aku Sudah Belajar Ngentot Sedari SD
Comments Off on Cerita Mesum Aku Sudah Belajar Ngentot Sedari SD